Dalam Blog ini membahas semua tentang Manajemen Pendidikan yang merupakan Program study S1 yang ada di Fakultas Ilmu Pendidikan. Manajemen Pendidikan sebagai suatu Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam bidang pendidikan
Rabu, 30 Desember 2015
Definisi, tipe dan faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
A.
ARTI PENTING KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
B. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
1.Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4.Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5.Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas, uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari kita sendiri yang mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan, nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
D.IMPLIKASI MANAJERIAL KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Sebab yang terjadi bila implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi adalah akan menciptakan kepemimpinan yang baik karna adanya proses manajemen yang direncakan, karena induk dari sebuah perusahaan adalah pemimpin jadi bila pemimpin nya berkualitas maka perusahaan tersebut akan menjukukan kualitasnya.
Proses dan Metode Pengawasan
Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu usaha
sistematis menetapkan standar – standar dengan tujuan perencanaan, merancang
bangun system umpan balik informasi, membandingkan kinerja sebenarnya dengan
standar – standar yang telah ditentukan terlebih dahulu, menentukan apakah ada
penyimpanan dan mengukur kemuradanya, serta mengambil tindakan yang diperlukan yang
menjamin pemanfaatan penuh sumberdaya yang digunakan secara efisien dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian langkah unsur proses
pengawasan itu adalah sebagai berikut:
1) Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
2) Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan – penyimpangan; dan
4) Mengadakan tindakan korektif.
Standar yang ditentukan itu berupa standar masukan yang berupa usaha kerja, dan standar keluaran berupa ukuran kuantitas,kualitas, biaya atau waktu pengukuran kinerja senyatanya adalah untuk melihat adanya penyimpangan atau varians antara apa yang terjadi senyatanya dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat menghasilkan kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan standar yang terakhir memerlukan manajemen berdasar pengecualian: manajemen perlu memperhatikan situasi dimana penyimpangan antara kinerja senyata dengan yang diharapkan sangatlah besar. Yang pertama cukup mempertahankan situasi; tak perlu dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni perbaikan agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
1) Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
2) Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan – penyimpangan; dan
4) Mengadakan tindakan korektif.
Standar yang ditentukan itu berupa standar masukan yang berupa usaha kerja, dan standar keluaran berupa ukuran kuantitas,kualitas, biaya atau waktu pengukuran kinerja senyatanya adalah untuk melihat adanya penyimpangan atau varians antara apa yang terjadi senyatanya dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat menghasilkan kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan standar yang terakhir memerlukan manajemen berdasar pengecualian: manajemen perlu memperhatikan situasi dimana penyimpangan antara kinerja senyata dengan yang diharapkan sangatlah besar. Yang pertama cukup mempertahankan situasi; tak perlu dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni perbaikan agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat
pula ekstern. Pengawasan intern melalui disiplin diri dan latihan tanggung
jawab individual atau kelompok. Pengawasan ekstern terjadi melalui supervise
langsung atau penerapan system administrative seperti aturan dan prosedur.
Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian, merupakan kombinasi dari
keduanya.
Ada empat jenis
pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan sebelum hasil akhir.
3.Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan setelah kegiatan selesai.
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu pengawasan yang di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan persiapan: Spesifikasi masukan, keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang terjadi selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini diusahakan untuk menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan sebelum hasil akhir.
3.Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus di lalui sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan setelah kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi
pengawasan itu merupakan keharusan ialah:
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus selalu diawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan tindakan perbaikan; dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus selalu diawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan tindakan perbaikan; dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai melakukan penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor
diatas , maka tercapailah sasaran-sasaran pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .
Metode Pengawasan
Pada kegiatan belajar 1 telah dikemukakan berbagai
jenis (metode) pengawasan, yaitu
pengawasan pengarahan , pengawasan penapisan (screening) atau yes-no-control, dan
pengawasan pasca kegiatan.
Pengawasan pengarahan ditujukan terhadap masukan dan proses, pengawasan
penapisan di lakukan terhadap proses dan pengawasan pasca -kegiatan di lakukan terhadap
hasil. Di dalam suatu organisasi biasanya di laksanakan pengawasan kombinasi ketiganya.
Metode pengawasan lainnya yang telah pula di sebutkan ialah :
1) sistem penilaian kinerja
2) sistem pembayaran dan imbalan
3)sistem MBO atau manajemen berdasar tujuan
4) sistem karyawan dan kedisiplinan
5) sistem pengawasan berdasar anggaran , dan
6) sistem informasi manajemen
Penilaian kinerja merupakan proses secara formula melalui kinerja dan memberikan umpan balik sebagai dasar penyesuaian. Berbagai metode di gunakan di dalam penilaiain kinerja , seperti skala peringkat grafis , skala peringkat berdasar perilaku , teknik kejadian kritis , penguraian kinerja organisasi. Jadi anggota organisasi di ikut sertakan pada kegiatan organisasi sehingga timbul rasa memiliki.
Sistem disiplin karyawan menciptakan disiplin karyawan dengan peringatan-peringatan yang seyogianya bersifat segera , ditujukan pada kegiatan bukan pribadi seseorang , harus konsisten dalam waktu dan manusia . Memberikan informasi , terjadi dalam situasi yang penuh persaudaran dan harapanya haruslah realistik.
Manajemen berdasar tujuan adalah proses penentuan tujuan bersama antara penyedia dan bawahan. Manajemen berdasar tujuan (management by objectives (MBO) ) mencakup persetujuan formal antara penyedia dan bawahan bertalian dengan (1) tujuan kinerja bawahan untuk suatu periode tertentu , (2) rencana pencapaian tujuan , (3) standar untuk mengukur apabila tujuan telah dicapai dan (4) prosedur meninjau ulang hasil-hasil.
Di dalam proses MBO yang penting adalah menentukan tujuan kinerja. Tujuan kinerja yang baik adalah pencapain yang diharapkan dan yang dapat diukur sebagai hasil akhir atau di verifikasi sebagai serngkaian kegiatan kinerja. Tujuan kinerja biasanya tertulis dan secara formal disetujui baik oleh atasan maupun bawahan.
Ada 3 tujuan , yaitu tujuan perbaikan dengan berupaya meningkatkan factor kinerja ; tujuan pengembangan yang bertalian dengan kegiatan perkembangan pribadi , dan tujuan pemeliharaan secara formal mencerminkan maksud menruskan kinerja berdasar peringkat yang ada sekarang.
Sistem pengawasan berdasar anggaran (budgetary control) sangat penting bagi suatu organisasi. Anggaran merupakan ekspresi rencana secara kuantitatif dan finansial. Dengan anggaran dialokasikan sumber daya pada kegiatan. Anggaran di nyatakan dalam satuan moneter , mengandung unsur komitmen manajemen , berdasarkan sulan dan dapat di ubah kalau kondisi berubah.
Sistem pengawasan anggaran di laksanakan pada pusar-pusat pertanggungjawaban , apakah itu pusat pendapataan, biaya laba ataupun investasi . Anggaran itu berjenis-jenis . Ada yang tetap atau statis , ada yang luwes , ada yang jangka pendek , operasi, dan anggaran utama serta anggaran jangka panjang ada pula anggaran nilai nol.
Berbagai alat analisis dapat di manfaatkan untuk membuat anggaran sehingga kita dapat melakukan pengawasan berdasar anggaran . Alat analisis tersebut adalah analisi break-even atau impas dan rasio..
pengawasan pasca kegiatan.
Pengawasan pengarahan ditujukan terhadap masukan dan proses, pengawasan
penapisan di lakukan terhadap proses dan pengawasan pasca -kegiatan di lakukan terhadap
hasil. Di dalam suatu organisasi biasanya di laksanakan pengawasan kombinasi ketiganya.
Metode pengawasan lainnya yang telah pula di sebutkan ialah :
1) sistem penilaian kinerja
2) sistem pembayaran dan imbalan
3)sistem MBO atau manajemen berdasar tujuan
4) sistem karyawan dan kedisiplinan
5) sistem pengawasan berdasar anggaran , dan
6) sistem informasi manajemen
Penilaian kinerja merupakan proses secara formula melalui kinerja dan memberikan umpan balik sebagai dasar penyesuaian. Berbagai metode di gunakan di dalam penilaiain kinerja , seperti skala peringkat grafis , skala peringkat berdasar perilaku , teknik kejadian kritis , penguraian kinerja organisasi. Jadi anggota organisasi di ikut sertakan pada kegiatan organisasi sehingga timbul rasa memiliki.
Sistem disiplin karyawan menciptakan disiplin karyawan dengan peringatan-peringatan yang seyogianya bersifat segera , ditujukan pada kegiatan bukan pribadi seseorang , harus konsisten dalam waktu dan manusia . Memberikan informasi , terjadi dalam situasi yang penuh persaudaran dan harapanya haruslah realistik.
Manajemen berdasar tujuan adalah proses penentuan tujuan bersama antara penyedia dan bawahan. Manajemen berdasar tujuan (management by objectives (MBO) ) mencakup persetujuan formal antara penyedia dan bawahan bertalian dengan (1) tujuan kinerja bawahan untuk suatu periode tertentu , (2) rencana pencapaian tujuan , (3) standar untuk mengukur apabila tujuan telah dicapai dan (4) prosedur meninjau ulang hasil-hasil.
Di dalam proses MBO yang penting adalah menentukan tujuan kinerja. Tujuan kinerja yang baik adalah pencapain yang diharapkan dan yang dapat diukur sebagai hasil akhir atau di verifikasi sebagai serngkaian kegiatan kinerja. Tujuan kinerja biasanya tertulis dan secara formal disetujui baik oleh atasan maupun bawahan.
Ada 3 tujuan , yaitu tujuan perbaikan dengan berupaya meningkatkan factor kinerja ; tujuan pengembangan yang bertalian dengan kegiatan perkembangan pribadi , dan tujuan pemeliharaan secara formal mencerminkan maksud menruskan kinerja berdasar peringkat yang ada sekarang.
Sistem pengawasan berdasar anggaran (budgetary control) sangat penting bagi suatu organisasi. Anggaran merupakan ekspresi rencana secara kuantitatif dan finansial. Dengan anggaran dialokasikan sumber daya pada kegiatan. Anggaran di nyatakan dalam satuan moneter , mengandung unsur komitmen manajemen , berdasarkan sulan dan dapat di ubah kalau kondisi berubah.
Sistem pengawasan anggaran di laksanakan pada pusar-pusat pertanggungjawaban , apakah itu pusat pendapataan, biaya laba ataupun investasi . Anggaran itu berjenis-jenis . Ada yang tetap atau statis , ada yang luwes , ada yang jangka pendek , operasi, dan anggaran utama serta anggaran jangka panjang ada pula anggaran nilai nol.
Berbagai alat analisis dapat di manfaatkan untuk membuat anggaran sehingga kita dapat melakukan pengawasan berdasar anggaran . Alat analisis tersebut adalah analisi break-even atau impas dan rasio..
Anggaran dibuat agar
berada di atas impas sehingga badan usaha memperolah laba.
Urutan yang ditempuh
dalam MBO adalah sbb;
1. Para anggota menyusun tujuan kinerja yang pokok untuk masa datang sekaligus dengan
jadwal pencapainya.
2. Tujuan diusulkan pada penyedia agar ditinjau ulang; dilakukan diskusi anatara penyelia dan
bawahan sehingga tercapai tujuan yang disetujui bersama
3. Penyelia dan bawahan bertemu secara periodik meninjau ulang kemajuan dan melakukan revisi atau memperbaharui tujuan bila di perlukan
4. Pada akhir tahun , para anggota menyerahkan laporan kinerja yang memuat pencapain tujuan dan komentar penyimpangan
5. Penilain diri / pengawasn diri ini dibicarakan dengan penyelia; alas an mengapa tujuan tak
tercapai di bicarakan disini.
6. Tujuan yang baru ditetapkan untuk tahun yang akan datang; dan baru MBO mulai.
1. Para anggota menyusun tujuan kinerja yang pokok untuk masa datang sekaligus dengan
jadwal pencapainya.
2. Tujuan diusulkan pada penyedia agar ditinjau ulang; dilakukan diskusi anatara penyelia dan
bawahan sehingga tercapai tujuan yang disetujui bersama
3. Penyelia dan bawahan bertemu secara periodik meninjau ulang kemajuan dan melakukan revisi atau memperbaharui tujuan bila di perlukan
4. Pada akhir tahun , para anggota menyerahkan laporan kinerja yang memuat pencapain tujuan dan komentar penyimpangan
5. Penilain diri / pengawasn diri ini dibicarakan dengan penyelia; alas an mengapa tujuan tak
tercapai di bicarakan disini.
6. Tujuan yang baru ditetapkan untuk tahun yang akan datang; dan baru MBO mulai.
Pengawasan Yang Efektif
Agar pengawasan efektif, maka para manajer harus menghayati reaksi manusia terhadap sistem pengawasan. Manusia tidak begaitu saja menerima pengawsan yang dilakukan manajer.
Reaksinya bermacam-macam menolak sekali pengawsan terhadapnya, mempertahankan diri darisistem pengawasan yang diterapkan padanya dan membela kinerja dan menolak sasaran kinerja yang tersirat dan tersurut pada tujuan.
Hal ini makin jelas bila sumber daya terbatas dan situasi penuh tekanan. Dalam situasi seperti itu , orang cenderung untuk mempertahankan hasil kerja yang dibatasi oleh kendala sehingga pengawasan biasanya tidak dikehendaki.
Agar pengawasan efektif, maka para manajer harus menghayati reaksi manusia terhadap sistem pengawasan. Manusia tidak begaitu saja menerima pengawsan yang dilakukan manajer.
Reaksinya bermacam-macam menolak sekali pengawsan terhadapnya, mempertahankan diri darisistem pengawasan yang diterapkan padanya dan membela kinerja dan menolak sasaran kinerja yang tersirat dan tersurut pada tujuan.
Hal ini makin jelas bila sumber daya terbatas dan situasi penuh tekanan. Dalam situasi seperti itu , orang cenderung untuk mempertahankan hasil kerja yang dibatasi oleh kendala sehingga pengawasan biasanya tidak dikehendaki.
Stoner mengemukakan bahwa pengawasan
yang efektif itu haruslah memenuhi persyaratan
sbb:
1. Ketepatan
2. Sesuai waktu,
3. Objektif dan kompherensif ,
4. Fokus pada titik pengawasan strategis,
5. Realistis secara ekonomis,
6. Realistis secara organisatoris
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organiasi,
8. Luwes
9. Prespektif dan opersional,
10.Dapat diterima para anggota organisasi.
Menurut Schermerhorn , agar supaya pengawasan itu efektif haruslah :
1. Ketepatan
2. Sesuai waktu,
3. Objektif dan kompherensif ,
4. Fokus pada titik pengawasan strategis,
5. Realistis secara ekonomis,
6. Realistis secara organisatoris
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organiasi,
8. Luwes
9. Prespektif dan opersional,
10.Dapat diterima para anggota organisasi.
Menurut Schermerhorn , agar supaya pengawasan itu efektif haruslah :
1. Berorientasi pada hal-hal yang strategis pada hasil-hasil
2. Berbasis informasi
3. Tidak kompleks
4. Cepat dan berorientasi perkecualian
5. Dapat dimengerti
6. Luwes
7. Konsisten dengan struktur organisasi
8. Dirancang untuk mengakomodasi pengawasan diri
9. Positif mengarah ke perkembangan , perubahan dan perbaikan
1. Jujur dan objektif
Sistem pengawasan yang efektif itu seharusnya mendukung strategis dan
memfokuskan diri pada apa yang harus dilakukan , tidak saja pada usaha
pengukuran . Pokok perhatian ada pada
kegiatan yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi.
Sistem pengawasan harus mendukung usaha menyelesaikan masalah dengan
pengambilan keputusan , tidak haanya menunjukkan penyimpangan-penyimpangan.
Sistem tersebut harus dapat menunjukan mengapa terjadi penyimpangan dan apa
yang harus dilakukan untuk perbaikannya.
Sistem pengawasan harus dapat dengan cepat atau dini mendeteksi
penyimpangan sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan segera
agar terhindar hal-hal yang tidak diharapkan ; kalau perlu dengan cara-cara
pengecualian .
Sistem pengawasan yang efektif memberikan informasi yang cukup bagi para
pengambil keputusan , artinya informasi yang mudah dimengerti , padat . Sistem
pengawasan harus dapat mengakomodasi situasi yang unik atau yang berubah-ubah .
Sistem pengawasan harus pula dapat mengakomodasikan kapasitas seseorang untuk
mengawasi dirinya sendiri . Yang penting harus ada saling percaya , komunikasi
dan partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan . Pengawasan diri tercipta bila
rancang bangun kerja itu jelas dan pemilihan orang yang mampu bagi pekerjaannya
dilakukan dengan baik .
Sistem pengawasan harus menitik-beratkan
pada pengembangan , perubahan dan perbaikan ; kalau dapat sanksi dan
peringatan itu diminumkan . Kalau sanksi diperlukan haruslah dilaksanakan
dengan hati-hati dan manusiawi . Akhirnya sistem pengawasan harus jujur dan
objektif artinya tidak memihak , dan satu-satunya tujuan adalah peningkatan
kerja
Selasa, 29 Desember 2015
Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik
A. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik dapat
diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari
peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah.
Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration
sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti:
pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik
mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai
anak inilah yang melahirkan kensekuensi kesamaan hak-hak yang mereka
punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian
melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling).
Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksentuasikan kepada
kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.
Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada
kesamaan anak yang bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan
demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai
anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah berbeda. Oleh karena
berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang
berbeda.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap
siswa,– yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak–,
melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik untuk mengatur
bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di
sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada
kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar
peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum manajemen peserta didik
adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan
tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut,
proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan
teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
- Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
- Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
- Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum
adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya
dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
- Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
- Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
- Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
- Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.
C. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah
sesuatu yang harus dipedomani dalam melaksanakan tugas. Jika sesuatu
tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal sebagai suatu
prinsip. Prinsip manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam
rangka memanaj peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah
ini haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
- Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen secara keseluruhan. Ambisi sektoral manajemen peserta didikB tetap ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah. Ia tidak boleh ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah.
- Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
- Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan menghargai.
- Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang dibimbing. Ialah peserta didik sendiri. Tidak mungkin pembimbingan demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan dari peserta didik sendiri.
- Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik.
- Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
D. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach).
Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan
birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik
diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga
pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan
ini adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai
keinginannya, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan
harapan-harapan yang diminta oleh lembaga pendidikannya.
Wujud pendekatan ini dalam manajemen
peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara
mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi, penuntutan
disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi pada upaya agar
peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach).
Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta
didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik
mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik
senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang
dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga
untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti
sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang
kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Di antara kedua pendekatan tersebut,
tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan
padu. Dalam pendekatan padu demikian, peserta didik diminta untuk
memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu
pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif
lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak
siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari
lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif
untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat
terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta
didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.
REFERENSI :
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Pres
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Pres
Ringkasan Materi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber
daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan
peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat
digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. Menurut Mondy (2008) Manajemen Sumber Daya manusia (MSDM) adalah
pemanfaatan sejumlah individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Konsekuensinya, para manajer di setiap tingkat harus melibatkan diri mereka
dengan Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen sumber
daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,
penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi
kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen
sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktek manajemen yang
mempengaruhi secara lansung sumber daya manusianya.
Manajemen Sumber
Daya Manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia
dalam organisasi. Tujuannya
adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini, studi
tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan,
mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah
(kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.
Manajemen sumber
daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup
karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat
menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah
departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human
resource department.
Tujuan-tujuan
MSDM terdiri dari empat tujuan, yaitu :
1.
Tujuan
Organisasional
Ditujukan
untuk dapat mengenali keberadaan manajemen sumber daya manusia (MSDM) dalam
memberikan kontribusi pada pencapaian efektivitas organisasi. Walaupun secara
formal suatu departemen sumber daya manusia diciptakan untuk dapat membantu
para manajer, namun demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap
kinerja karyawan. Departemen sumber daya manusia membantu para manajer dalam
menangani hal-hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia.
2.
Tujuan
Fungsional
Ditujukan
untuk mempertahankan kontribusi departemen pada tingkat yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen
sumber daya manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan
organisasi.
3.
Tujuan Sosial
Ditujukan
untuk secara etis dan sosial merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan dan
tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan meminimasi dampak negatif
terhadap organisasi. Kegagalan organisasi dalam menggunakan sumber dayanya bagi
keuntungan masyarakat dapat menyebabkan hambatan-hambatan.
4.
Tujuan Personal
Ditujukan
untuk membantu karyawan dalam pencapaian tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang
dapat mempertinggi kontribusi individual terhadap organisasi. Tujuan personal
karyawan harus dipertimbangkan jika parakaryawan harus dipertahankan,
dipensiunkan, atau dimotivasi. Jika tujuan personal tidak dipertimbangkan,
kinerja dan kepuasan karyawan dapat menurun dan karyawan dapat meninggalkan
organisasi.
MSDM
Strategis
Dessler
(2000) mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut :
“Strategic Human Resource Management is the linking
of Human Resource Management with strategic role and objectives in order to
improve business performance and develop organizational cultures and foster
innovation and flexibility”.
Jelaslah bahwa para manajer harus mengkaitkan
pelaksanaan MSDM dengan strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja,
mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan
fleksibilitas.
Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat
dielaborasi dari segi teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah
mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi
kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana
disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added
value) sebagai tolak ukur keberhasilan bisnis.
Manajemen
SDM memiliki Peran, Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab :
1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and
selection
a. Persiapan
Dalam
proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber daya manusia
dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong,
jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan
dalam melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan
karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor
eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan lain
sebagainya.
b. Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Rekrutmen
adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat pegawai, karyawan, buruh,
manajer, atau tenaga kerja baru untuk memenuhi kebutuhan sdm oraganisasi atau
perusahaan. Dalam tahapan ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat
deskripsi pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan / job
specification.
c. Seleksi tenaga kerja / Selection
Seleksi
tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang tepat dari sekian
banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu dilakukan setelah
menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup / cv / curriculum
vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan penyortiran antara
pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan.
Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test
tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi lainnya.
2. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga
kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan
agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai dari karyawan
pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai / Compensation and
protection
Kompensasi
adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari organisasi
atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan
kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenaga kerjaan
di kemudian hari atau pun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau
perusahaan. Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi
perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu
Kemampuan SDM ini merupakan competitive advantage dari
perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah
mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive
advantage. Adanya SDM ekspertis : manajer strategis (strategic managers)
dan SDM yang handal yang menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut
merupakan value added perusahaan. Value added adalah SDM
strategis yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.
Tidak hanya
perusahaan besar saja yang mempunyai manajemen strategis, tetapi perusahaan
kecilpun sebaiknya dikelola dengan menggunakan manajemen strategis. Manajemen
strategis merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang dirancang untuk
mencapai sasaran perusahaan. Dengan demikian manajemen strategis melibatkan
pengambilan keputusan berjangka panjang dan rumit serta berorientasi masa depan
dengan membutuhkan sumberdaya yang besar dan partisipasi manajemen puncak.
Manajemen strategis merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan para
perencana di tingkat perusahaan, unit bisnis dan fungsional serta para
perencana pendukung lainnya.
Manajemen strategis prosesnya terdiri dari delapan
langkah yaitu : mendefinisikan visi, misi bisnis dan tanggungjawab sosial,
menganalisis lingkungan eksternal, menganalisis lingkungan internal,
memilih tujuan dan sasaran bisnis, mengembangkan strategis bisnis,
merinci rencana program, mengimplementasikan rencana program,
dan mengumpulkan umpan balik dan menguji pengendalian terlihat pada
gambar 1.1. Semua langkah ini menjaga terhambatnya unit usaha
terhadap lingkungan dan berjaga-jaga terhadap peluang dan masalah-masalah
yang baru.
Selasa, 22 Desember 2015
Langganan:
Postingan (Atom)